Jumat, 21 Februari 2020
Pepali Ki Ageng Selo dan Pola Hidup Masyarakat Jawa
Rabu, 19 Februari 2020
Jangan Injak Kecoa, Isi Perutnya Mengandung Cacing yang Sangat Berbahaya!
Jumat, 14 Februari 2020
Sensasi Numpang Bus Rela Solo-Purwodadi, Serasa Uji Nyali Naik Jet Coaster
Bagi Anda yang tinggal di bagian Solo utara, menempuh pendidikan di Gondangrejo, Karanganyar, atau pulang kampung ke Purwodadi tentu sudah tidak asing lagi dengan bus Rela.
Bus yang melayani rute Solo-Purwodadi ini punya ciri khas yang melekat di benak masyarakat.
Bus ini dianggap sebagai penguasa jalan raya Solo-Purwodadi lantaran melaju sangat kencang. Saking kencangnya, bus ini menjadi seringkali membuat pengendara lain di kawasan tersebut bergidik ngeri.
Kebanyakan dari mereka memilih mengalah ketimbang celaka digasak bus Rela.
“Rela bis legend Solo-Purwodadi. Yang pernah berangkat sekolah kesiangan naik bus ini pasti merasa agak lebih aman karena enggak telat banget,” terang pengelola akun Instagram @_infocegatansolo sebagai keterangan foto viral bus Rela yang diunggah, Rabu (11/12/2019)
Foto viral bus Rela tersebut ramai dikomentari warganet. Sejumlah warganet menceritakan pengalaman unik nan seru saat menumpang bus Rela.
“Jam 05.00 WIB dari Tirtonadi, jam 06.30 sudah sampai Purwodadi,” komentar @adhi_pee.
“Ini bus harus ikut rally dakkar. Duduk di bagian belakang badannya sampai mentul njeduk lamgit2,” imbuh @lkautsar.
“Pokoknya wuss. Berkedip sekali sudah sampai tujuan,” imbuh @fhadjharzheshanxs.
“Mantul. Paling senang kalau dapat yang kayak jet koster. Gemes kalau dapat yang lemot, wkwkwkw,” imbuh @nikenwulandari44.
“Bus terbaik lur. Mosak-masik kayak Sumber Kencono. Enam tahun sekolah bareng Rela,” imbuh @ikhsanfebrif.
“Sudah pernah kayak naik jet koster.
Kamis, 13 Februari 2020
Demi ke Sekolah, Anak-anak Ini Harus Panjat Tebing Setinggi 800 Meter
Sebelumnya, sudah ada delapan orang anak yang jatuh dari tangga yang sangat mengerikan tersebut. Semuanya meninggal.
By Rohimat Nurbaya29 Mei 2016 15:07Money.id - Mungkin kakek Anda pernah bercerita bahwa ketika masih kecil harus berjalan ke sekolah melalui kekuatan menembus angin dan badai. Tapi anak-anak ini harus mengalami hal yang lebih buruk dari itu untuk menuju ke sekolah.
Seperti dilaporkan Shanghaiist, 15 anak-anak yang tinggal di Atule'er Village di selatan Sichuan harus memanjat dan menuruni 17 anak tangga yang dipasang di tebing setinggi 800 meter untuk pergi ke sekolah.
Sebelumnya, sudah ada delapan orang anak yang jatuh dari tangga yang sangat mengerikan tersebut. Semuanya meninggal. Namun belasan anak lainnya masih tetap teguh dengan pendiriannya untuk tetap menuntut ilmu, meski bahaya mengancam mereka.
Anak-anak memanjat tebing untuk pergi ke sekolah (Shanghaiist)
Desa tempat anak-anak itu tinggal terdiri dari 72 kepala rumah tangga. Penduduk desa hidup di daerah tebing yang terpencil dengan layanan komunikasi yang minim dan fasilitas jalan yang nyaris tidak ada sama sekali.
Setelah cerita perjuangan anak-anak tersebut menuju sekolah menjadi viral di media sosial dan terdengar pemerintah setempat, para pejabat mengumumkan akan segera membangun tangga baja di sekitar tebing.
Hal tersebut pantas dilakukan pemerintah setempat, karena banyak publik yang marah dengan keadaan tersebut. Kini pemerintah setempat lebih fokus terhadap pembuatan tangga yang aman di tebing itu daripada membuat lift dan eskalator di kota-kota besar, serta membuat jembatan kaca